Sabtu, 31 Desember 2011

Cara Download File di Scribd.com


Sering diantara kita setelah gabung di scribd tapi saat download file ternyata tidak bisa. Ada yang karena takut salah click, nanti jadi berbayar, ada yang memang belum punya akun, ada yang karena terhambat limit acces bandwidth internet yang lemot. Tapi sekarang sobat tidak perlu khawatir dan cemas lagi, karena ada alternatif yang lebih sederhana.

Rupanya cukup mudah dan gampang untuk Download File di Scribd.com kalau kita tahu tips dan triknya, berikut ini silahkan sobat ikuti langkah-langkahnya.
  1. Pertama, sobat cari file yang sobat ingin donwload;
  2. Selanjutnya perhatikan kode url pada file yang ingin sobat download, contohnya seperti ini:
  3. http://www.scribd.com/doc/60231848/Cara-Download-File-Di-Scribd-com;
  4. Perhatikan kode yang berwarna merah tersebut, kode itu adalah kode ID dari file yang akan kita download;
  5. Selanjutnya copy delapan digit kode tersebut dan pastekan pada kotak dibawah ini;
  6. Masukkan ID file Scribd: Contoh : 60231848
  7. Kemudian klik download
  8. Selanjutnya simpan file tersebut dan rename file tersebut menjadi *.pdf;
Akhirnya file yang ingin sobat miliki kini telah terdownload dengan sukses, semoga tips ini bermanfaat buat sobat pembaca. Oh yea, saya mendapat komentar dari sobat pengunjung yang baik hati, tidak semua file Scribd.com bisa kita download, ada beberapa file yang hak aksesnya tidak di izinkan untuk kita download. Terima kasih buat Anonim yang telah mengingatkan saya.

Selasa, 06 Desember 2011

Rekayasa lalu lintas


Analisis Kapasitas
Analisis kapasitas yang dimaksud disini adalah studi dari berbagai tipe fasilitas-fasilitas jalan dan kemampuannya melayani lalu lintas. Lebih lanjut studi dan analisis dari karakteristik operasionalnya yang akan menghasilkan pelayanan berbagai tingkat kebutuhan.
Menurut HCM 1985, kapasitas dan fasilitas adalah jumlah maksimum laju lalu lintas baik orang maupun kendaraan yang dapat melewati suatu titik atau segmen jalan yang seragam per lajur atau sepanjang dalan satu satuan waktu tertentu pada kondisi lalu lintas jalan dan kontrol tertentu.
Fasilitas pada kondisi tertentu
A. Lalu Lintas
Mengacu pada komposisi lalu lintas yang menggunakan fasilitas umumnya berupa proporsi mobil penumpang, bus, truk, dan kendaraan lainnya seperti kendaraan rekreasi dan sebagainya.
B. Kondisi Jalan
Mengacu pada karakteristik geometrik jalan seperti kecepatan rencana, alinyemen horizontal & vertikal, lebar lajur, kebebasan samping dan konfigurasi lajur.
C. Kondisi Kontrol
Mengacu pada keberadaan alat kontrol yang akan mempengaruhi arus, seperti persimpangan baik dengan sinyal maupun tak bersinyal, stop and yield sign, dan lain sebagainya.
D. LOS (Level Of Sevice)
Merupakan ukuran kualitatif  dari kondisi operasional suatu fasilitas dalam aliran lalu lintas dan persepsi para pengendara kendaran atau orang (penumpang) terhadap fasilitas tersebut.
Parameter LOS yang menjadi ukuran biasanya:

Senin, 05 Desember 2011

liga spanyol 2011


Barcelona Vs Villarreal 5-0 (La liga) worldnewsandindonesia.blogspot.com.3gp



  Barcelona vs Rayo.Vallecano.30.November.2011.Liga.Spanyol.20112012.avi 

 

pondasi jembatan



1. PENDAHULUAN

Bangunan bawah jembatan dalam hal ini terdiri dari pondasi dan kepala jembatan. Terdapat berbagai macam pondasi yang digunakan di Indonesia. Kaison beton yang dicor ditempat, tiang pancang baja, tiang pancang beton bertulang dan pratekan, serta tiang bor, kesemuanya dipakai secara luas.
Kepala jembatan yang digunakan umumnya susunan pile cap serta pilar berkolom tunggal atau majemuk dan balok melintang ujung (cross head).

2. PONDASI JEMBATAN

Pondasi merupakan sumber masalah tersendiri bagi para pelaksana konstruksi jembatan, sehubungan dengan kondisi tanah yang jarang dapat diketahui secara tepat, walaupun sampai saat ini telah kita kenal suatu methode pendekatannya yaitu dengan adanya penyelidikan tanah (Soil Investigation) untuk memprediksi daya dukung tanah.
Cara pelaksanaan pondasi terdiri atas dua jenis utama, pertama adalah jenis yang dapat dilaksanakan tanpa memerlukan peralatan khusus. Pondasi jenis ini termasuk pondasi telapak (pondasi langsung) dan kaison beton yang dicor di tempat. Jenis kedua termasuk pondasi tiang, kaison beton pracetak atau shell baja. Pondasi tiang dapat dilaksanakan secara dipancang atau dibor dan tiangnya terbuat dari baja atau beton.

2.1. PONDASI TIANG PANCANG (PILE FOUNDATION)
Pondasi tiang pancang popular dipergunakan di Indonesia karena pelaksanaannya yang relatif mudah dan sesuai dengan kebanyakan kondisi tanah di Indonesia. Demikian juga jenis pondasi tiang pancang ini tahan terhadap penggerusan aliran sungai/aliran air mengingat pemancangan tiang mencapai titik dalam, adapun jenis-jenis tiang pancang meliputi berikut ini :
§ Tiang Kayu, termasuk Cerucuk.
§ Tiang Baja Struktur
§ Tiang Pipa Baja
§ Tiang Beton Bertulang Pracetak
§ Tiang Beton Pratekan, Pracetak
§ Tiang Bor Beton Cor Langsung Di Tempat
§ ­Tiang Turap
Perhatian perlu diberikan terhadap sambungan antar tiang/bahan, karena penyambungan yang kurang baik beresiko tinggi yang dapat menyebabkan kegagalan tiang yang seharusnya berfungsi mendukung konstruksi diatasnya.
Peralatan yang digunakan untuk pemancangan tiang baja, beton atau kayu pada dasarnya sama yaitu berbentuk dari yang paling sederhana (manual) sampai diesel hammer, tergantung dari jenis tiang yang digunakan, berat tiang dan kedalaman yang harus dicapai.

2.2. TIANG PANCANG KAYU

a. Umum

Kayu untuk tiang pancang penahan beban (bukan cerucuk) dapat diawetkan atau tidak diawetkan, dan dapat dipangkas sampai membentuk penampang yang tegak lurus terhadap panjangnya atau berupa batang pohon lurus sesuai bentuk aslinya. Selanjutnya semua kulit kayu harus dibuang.
Tiang pancang kayu harus seluruhnya keras (sound) dan bebas dari kerusakan, mata kayu, bagian yang tidak keras atau akibat serangan serangga.
Tiang pancang kayu yang menggunakan kayu lunak memerlukan pengawetan, yang harus dilaksanakan sesuai dengan AASHTO M133 - 86 dengan menggunakan instalasi peresapan bertekanan. Bilamana instalasi semacam ini tidak tersedia, maka dilakukan pengawetan dengan tangki terbuka secara panas dan dingin. Beberapa kayu keras dapat digunakan tanpa pengawetan, tetapi pada umumnya, kebutuhan untuk mengawetkan kayu keras tergantung pada jenis kayu dan beratnya kondisi pelayanan.
Sebelum pemancangan, diperlukan tindakan pencegahan kerusakan pada kepala tiang pancang yaitu dengan cara pemangkasan kepala tiang pancang sampai penampang melintang menjadi bulat dan tegak lurus terhadap panjangnya dan memasang cincin baja atau besi yang kuat. Dan setelah pemancangan, kepala tiang pancang harus dipotong tegak lurus terhadap panjangnya sampai bagian kayu yang keras dan diberi bahan pengawet sebelum pur (pile cap) dipasang.

b. Kepala Tiang Pancang
Sebelum pemancangan, tindakan pencegahan kerusakan pada kepala tiang pancang harus diambil. Pencegahan ini dapat dilakukan dengan pemangkasan kepala tiang pancang sampai penampang melintang menjadi bulat dan tegak lurus terhadap panjangnya dan memasang cincin baja atau besi yang kuat atau dengan metode lainnya yang lebih efektif.
Setelah pemancangan, kepala tiang pancang harus dipotong tegak lurus terhadap panjangnya sampai bagian kayu yang keras dan diberi bahan pengawet sebelum pur (pile cap) dipasang.
Bilamana tiang pancang kayu lunak membentuk pondasi struktur permanen dan akan dipotong sampai di bawah permukaan tanah, maka perhatian khusus harus diberikan untuk memastikan bahwa tiang pancang tersebut telah dipotong pada atau di bawah permukaan air tanah yang terendah yang diperkirakan.
Bilamana digunakan pur (pile cap) dari beton, kepala tiang pancang harus tertanam dalam pur dengan ke dalaman yang cukup sehingga dapat memindahkan gaya. Tebal beton di sekeliling tiang pancang paling sedikit 15 cm dan harus diberi baja tulangan untuk mencegah terjadinya keretakan.

c. Sepatu Tiang Pancang
Tiang pancang harus dilengkapi dengan sepatu yang cocok untuk melindungi ujung tiang selama pemancangan, kecuali bilamana seluruh pemancangan dilakukan pada tanah yang lunak. Sepatu harus benar-benar konsentris (pusat sepatu sama dengan pusat tiang pancang) dan dipasang dengan kuat pada ujung tiang. Bidang kontak antara sepatu dan kayu harus cukup untuk menghindari tekanan yang berlebihan selama pemancangan.


                                              Gambar.1 – Sepatu tiang pancang kayu

d. Pemancangan
Pemancangan berat yang mungkin merusak kepala tiang pancang, memecah ujung dan menyebabkan retak tiang pancang harus dihindari dengan membatasi tinggi jatuh palu dan jumlah penumbukan pada tiang pancang. Umumnya, berat palu harus sama dengan beratnya tiang untuk memudahkan pemancangan. Perhatian khusus harus diberikan selama pemancangan untuk memastikan bahwa kepala tiang pancang harus selalu berada sesumbu dengan palu dan tegak lurus terhadap panjang tiang pancang dan bahwa tiang pancang dalam posisi yang relatif pada tempatnya.

e. Penyambungan

Bilamana diperlukan untuk menggunakan tiang pancang yang terdiri dari dua batang atau lebih, permukaan ujung tiang pancang harus dipotong sampai tegak lurus terhadapa panjangnya untuk menjamin bidang kontak seluas seluruh penampang tiang pancang. Pada tiang pancang yang digergaji, sambungannya harus diperkuat dengan kayu atau pelat penyambung baja, atau profil baja seperti profil kanal atau profil siku yang dilas menjadi satu membentuk kotak yang dirancang untuk memberikan kekuatan yang diperlukan. Tiang pancang bulat harus diperkuat dengan pipa penyambung. Sambungan di dekat titik-titik yang mempunyai lendutan maksimum harus dihindarkan.



                                                        Gambar 2 – Sambungan tiang pancang kayu



2.3. TIANG PANCANG BETON PRACETAK & PRATEKAN PRACETAK

a. Umum
Tiang pancang beton pracetak harus dirancang, dicor dan dirawat untuk memperoleh kekuatan yang diperlukan sehingga tahan terhadap pengangkutan, penanganan, dan tekanan akibat pemancangan tanpa kerusakan. Tiang pancang segi empat harus mempunyai sudut-sudut yang ditumpulkan. Pipa pancang berongga (hollow piles) harus digunakan bilamana panjang tiang pancang yang luar biasa diperlukan, selimut beton yang digunakan minimum 40 mm dan bilamana tiang pancang terekspos terhadap air laut atau pengaruh korosi lainnya, selimut beton minimum 50 mm.

b. Pembuatan Tiang
Tiang pancang dibuat dan dirawat sesuai dengan ketentuan dari pelaksanaan struktur beton . Tiang dapat dicetak pada landasan dengan menggunakan acuan pinggir yang dapat dibongkar dari bahan kayu atau baja. Jenis landasan dan pilihan bahan untuk acuan pinggir tergantung pada jumlah tiang yang akan dicetak. Dasar pencetakan tiang harus ditempatkan pada tanah yang kokoh untuk mencegah melenturnya tiang pada waktu dan sesudah pengecoran, suatu landasan beton yang masif masih sering digunakan untuk keperluan pengecoran tersebut.
Pangkal tiang (stop end) harus dibuat benar-benar tegak lurus pada sumbu tiang untuk menjamin distribusi yang merata dari pukulan penumbuk pada waktu pemancangan. Penggetar digunakan untuk mendapatkan kepadatan yang teliti pada beton, dan beton diantara penahan baja (bearer) atas dan adukan beton harus dikerjakan menggunakan alat pemotong untuk meniadakan bercak-bercak keropos (honey comb).

                                        Gambar 3 - Susunan pencetakan untuk tiang beton

Jika tiang dicor dengan acuan samping dari kayu, acuan harus dibongkar sesegera mungkin (24 jam setelah pengecoran) dan perawatan basah dengan menggunakan penyemprotan air dan karung dipertahankan untuk jangka waktu tujuh hari. Segera setelah pengujian kekuatan tekan pada kubus beton (4 benda uji) menunjukan bahwa tiang cukup kuat untuk diangkat, tiang harus dimiringkan secara hati-hati dengan batang pengungkit dan diganjal dengan baji untuk melepaskan lekatan antara tiang dengan landasan. Tali pengangkat (lifting sling) atau baut pegangan dapat dipasang dan tiang diangkat untuk pengangkutan ke tempat penumpukkan. Pekerjaan pemiringan dan pengangkatan harus dilakukan dengan sangat hati-hati karena tiang masih mempunyai kekuatan rendah, dan retakan atau awal retakan yang terjadi pada tahap ini akan memperbesar akibat tegangan pada saat pemancangan.
Pada bagian dekat kepala tiang harus di beri tanda yang jelas dengan suatu nomor referensi, dengan panjang dan tanggal pengecoran pada waktu atau sebelum pengangkutan, untuk menjamin bahwa pemancangan dilakukan dengan urutan yang benar. Tiang harus dilindungi dari matahari dengan cara menutupi tumpukan tiang menggunakan terpal atau lembaran lain. Tidak ada tiang pancang yang akan dipancang sebelum berumur paling sedikit 28 hari atau telah mencapai kekuatan minimum yang disyaratkan
Selama operasi pengangkatan, tiang pancang harus didukung pada titik seperempat panjangnya. Bilamana tiang pancang tersebut akan dibuat 1,5 m lebih panjang dari pada panjang yang disebutkan dalam Gambar, maka agar menggunakan baja tulangan dengan diameter yang lebih besar dan/atau memakai tiang pancang dengan ukuran yang lebih besar dari yang ditunjukkan dalam Gambar.


Gambar 4 – Titik Angkat Tiang Beton

Tiang pancang beton pratekan pracetak sering dipakai pada proyek-proyek konstruksi termasuk proyek pembangunan jembatan. Tiang pancang beton pratekan pracetak biasanya ditegangkan dengan pemberian tegangan tekan pada saat dilepas (induced compressive stress at release) sebesar antara 4 dan 11 Mpa (40-110 Kg/cm²).Panjang standar dari tiang tersebut adalah dari 6 meter hingga 20 meter, berdiameter 600 mm. Penyambungan (splicing) dari tiang tersebut dilakukan dengan pelat baja pada ujung bagian yang akan disambung.




                                                        Gambar. .5 – Tiang Pancang Beton


                                                   Gambar 6 – Tiang Pancang Pratekan

c. Perpanjangan Tiang Pancang
Terdapat beberapa pendekatan yang berbeda untuk memperpanjang tiang pancang beton. Memperpanjang tiang setelah pemancangan selesai adalah cara yang paling mudah, karena sambungan tidak perlu menahan tegangan yang besar yang ditemui selama pemancangan. Panjang sambungan normal untuk penulangan dan pekerjaan beton biasa dapat digunakan.
Jika tiang akan dipancang lebih dalam setelah penyambungan, sambungan harus dapat menahan tegangan tekan dan torsi yang terdapat pada waktu pemancangan dan harus mampu meneruskan (transmit) momen di dalam tiang melewati sambungan. Meskipun sejumlah sambungan buatan pabrik telah dikembangkan namun yang paling umum untuk penyambungan tiang adalah pemakaian lengan baja di atas dan dibawah tempat sambungan. Beberapa tiang mempunyai pelat baja yang tertanam di dalam beton yang memungkinkan penyambungan mudah dilakukan dengan cara mengelas pelat pada segmen atas dan bawah dari tiang. Praktek ini tidak lazim untuk tiang yang difabrikasi di lokasi. Keuntungan dari pada lengan lengan baja atau pelat yang dilas adalah bahwa tiang dapat dipancang dalam waktu singkat setelah penyambungan selesai. Penting untuk diperhatikan bahwa kedua muka yang bertemu harus cock satu sama lain sedekat mungkin pada bidang yang sama. Penggunaan lengan baja dan merekatkan epoxy akan menutupi/mengkonpensasikan kekurang cocokan. Akan lebih baik bila menggunakan lengan baja, untuk memasukan dan merekat dengan epoxy batang dowel ke dalam lubang yang dibor pada bagian atas dan bawah dari tiang. Hal ini akan memungkinkan terjadinya perpindahan (transfer) momen lewat sambungan sesuai dengan asumsi perencana.


                              Gambar .7 - Detail Tipikal Sambungan Tiang Pancang Pratekan


                                            Gambar 8 - Sambungan Tiang Pancang Pratekan



                                           Gambar 9 - Tipikal sambungan tiang pancang beton



                                           Gambar 10 - Tipikal sambungan tiang pancang beton



                                       Gambar 11 - Tipikal sambungan tiang pancang beton

                                            Gambar 12 - Tipikal sambungan tiang pancang beton

Cara lain yaitu, perpanjangan tiang pancang beton pracetak dilaksanakan dengan penyambungan tumpang tindih (overlap) baja tulangan. Beton pada kepala tiang pancang akan dipotong hingga baja tulangan yang tertinggal mempunyai panjang paling sedikit 40 kali diameter tulangan.
Perpanjangan tiang pancang beton harus dilaksanakan dengan menggunakan baja tulangan yang sama (mutu dan diameternya) seperti pada tiang pancang yang akan diper-panjang. Baja spiral harus dibuat dengan tumpang tindih sepanjang 2 kali lingkaran penuh dan baja tulangan memanjang harus mempunyai tumpang tindih minimum 40 kali diameter.
Bilamana perpanjangan melebihi 1,50 m, acuan harus dibuat sedemikian hingga tinggi jatuh pengecoran beton tak melebihi 1,50 m.


asbuton


ASBUTON
Mengetahui kadar aspal keras optimum dalam kadar asbuton mikro (2,5% , 5% , dan 7%) pada laston untuk perkerasan lalu lintas berat dengan uji pendulum

Aspal batu buton atau biasa disebut asbuton ditemukan tahun 1924 di Pulau Buton, Sulawesi Tenggara. Asbuton mulai digunakan dalam pengaspalan jalan sejak tahun 1926. Berdasarkan data yang ada, asbuton memiliki deposit sekitar 677 juta ton atau setara dengan 170 juta ton aspal minyak. Asbuton merupakan deposit aspal alam terbesar di dunia.
Penggunaan aspal buton (asbuton) dinilai dapat meningkatkan daya tahan infrastruktur jalan dan jalan tol di Indonesia. Hal itu disampaikan Kepala Badan Litbang Kementerian Pekerjaan Umum Sumaryanto Widayatin, di Jakarta. Keunggulan aspal buton antara lain stabilitas perkerasan lebih tinggi jika dibandingkan dengan aspal minyak. Asbuton juga lebih tahan retak akibat cuaca maupun lingkungan. Selain itu, kata Sumaryanto, asbuton juga dinilai dapat menghemat

As Buton


Sebagaimana dipahami, jalan memiliki fungsi yang sangat penting dan strategis untuk perkembangan ekonomi dan sosial masyarakat. Jalan memegang peranan penting perekonomian suatu daerah terutama untuk mendistribusikan barang dan jasa antar wilayah. Mobilitas penduduk sangat ditentukan oleh ketersediaan infrastruktur jalan. Isolasi dan ketertinggalan suatu wilayah biasanya disebabkan minimnya akses pra sarana jalan yang otomatis menghambat berkembangnya daerah tersebut.

Kondisi objektif keuangan pemerintah daerah tidak mampu membiayaai pembangunan infrastruktur jalan secara menyeluruh dan berkualitas. Sebagian besar pemerintah daerah menggunakan hampir 70 % lebih APBD untuk membiayai pengeluaran rutin. Sisanya baru dipergunakan untuk membiayai berbagai program pembangunan di daerah.